Kamis, 05 Januari 2017

pembelajaran berpijak teori Behavioristik

Makalah
PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Yang diampu oleh Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd & Agil Lepiyanto,M.Pd




DISUSUN OLEH
BIOLOGI A
KELOMPOK 06
1.      Annisa Umairoh            : 15320002
2.      Beti Aprilia Isnawati     : 15320004
3.      Niken Bella Silfiyanti   : 15320015
4.      Ahmad Dwiky P           : 15320036





PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS  KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2016



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan syafaat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran dengan judul “PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK” dengan baik.
Tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepadaBpk. Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd dan Bpk. Agil Lepiyanto,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, yang telah membimbing dalam pembelajaran mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Dari hasil penyusunan makalah ini, penulis berharap agar baik penulis maupun pembaca memahami Pembelajaran yang berpijak pada teori Behavioristik. Semoga makalah ini dapat dimengerti atau dipahami oleh setiap pembaca sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga bagi penulis. Penulis memohon maaf jika terdapat kekurangan dalam hasil penyusunan makalah. Karena manusia tak jauh dari sifat dan sikap salah. Kritik dan saran penulis harapkan agar dapat menjadi koreksi agar lebih baik dalam penulisan selanjutnya.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb


Metro, September  2016


Penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
B.     Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
C.     Analisa Perilaku: terapan dalam pendidikan
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan
B.        Saran
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
        Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
A.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah :
1.      Apa teori belajar menurut Behavioristik ?
2.      Bagaimana pembelajaran yang berpijak pada teori belajar Behavioristik ?

B.     Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1.      Memahami bagaimana pembelajaran yang berpijak pada teori belajar Behavioristik

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunyapun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. 

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. 

Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respons. 

Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut teori behaviorisme adalah :
1.            Menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan tingkah perilaku.
2.            Menggunakan prinsip penguatan, yaitu untuk mengidentivikasi aspek paling  diperlukan dalam pembelajaran dan untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik  dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
3.            Mengidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran.
4.            Lebih menekankan pada hasil belajar dari pada proses pembelajaran

B.     Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikkan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai hukuman-hukuman. 

Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti Kelompok bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah-Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. 

Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. 

Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah obyek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa. 

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. 

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut satu jawaban benar. Maksudnya, bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual. 
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran Langkah-langkah tersebut meliputi:
  1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
  2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa. 
  3. Menentukan materi pelajaran.
  4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil , meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsb.
  5. Menyajikan materi pelajaran.
  6. Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan, atau tugas-tugas. 
  7. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa. 
  8. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman.
  9. Memberikan stimulus baru.
  10. Mengamati dan mengkaji respons yang yang diberikan siswa. 
  11. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman. 
  12. Demikian seterusnya. 
  13. Evaluasi hasil belajar.
C.    Analisa Perilaku: terapan dalam pendidikan
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Operant conditioning/Pengkondisian operan (kadang-kadang disebut sebagai pengkondisian berperan) adalah metode pembelajaran yang terjadi melalui imbalan dan hukuman untuk perilaku. Melalui pengkondisian operan, asosiasi dibuat antara perilaku dan konsekuensi untuk perilaku itu. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu:
  • Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
a)      Memilih Penguatan yang efektif
Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
b)      Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
c)       Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah: Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon. Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi. Jadwal interval – tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat. Jadwal interval – variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
d)      Menggunakan Perjanjian (contracting)
Adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
e)      Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari seorang guru mengatakan “Fika, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.

  • Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi.
Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran. . Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan memberikan reinforcement pada langkah-langkah menuju keberhasilan, maka guru itu menggunakan teknik yang disebut shaping. Reinforcement dan extinction merupakan alat agar terbentuknya tingkah laku operant baru.
Frazier dalam (Sri Esti,2006: 139) menyampaikan penggunaan shaping untuk memperbaiki tingkah laku belajar. Ia mengemukakan lima langkah perbaikan tingkah laku belajar murid antara lain:
  Datang di kelas pada waktunya.
  Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru.
  Menunjukkan hasil-hasil tes dengan baik.
  Mengerjakan pokerjaan rumah.
  Penyempurnaan.
Hasil dari lima komponen untuk memperbaiki tingkah laku menunjukkan bahwa kehadiran masuk sekolah bertambah setelah beberapa bulan. Yang lebih penting lagi ialah para siswa menjadi lebih bisa bekerja sama di kelas dan menggunakan waktu belajar mereka lebih efektif
  • Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
  1. Menggunakan Penguatan Diferensial.
  2. Menghentikan penguatan (pelenyapan)
  3. Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
  4. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman).

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:  Memilih Penguatan yang efektif, Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu, Memilih jadwal penguatan terbaik, Menggunakan Perjanjian (contracting), Menggunakan penguatan negatif secara efektif

B.     Saran
Sebaiknya kepada para pembaca memahami isi makalah tersebut, sehingga para pembaca dapat mengerti apa isi makalah tersebut, tapi tidak hanya mengerti akan isi makalah ini tetapi pembaca juga akan mendapatkan suatu ilmu yang sangat bermanfaat yang nantinya dapat digunakan dalam proses balajar mengajar. Setelah pembahasan mengenai aplikasi teori pembelajaran menurut behavioristik ini kami penyusun agar mahasiswa mampu menjelaskan kembali mengenai bagaimana aplikasi kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik.





DAFTAR PUSTAKA

http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/aplikasi-teori-behavioristik-dalam-proses-belajar-mengajar/
http://www.psychoshare.com/file-475/psikologi-kepribadian/apa-yang-dimaksud-operant-conditioningpengkondisian-operan.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar