PEMBELAJARAN YANG
BERPIJAK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Yang diampu oleh Prof. Dr. H.
Karwono, M.Pd & Agil Lepiyanto,M.Pd
DISUSUN OLEH
BIOLOGI
A
KELOMPOK
06
1. Annisa
Umairoh : 15320002
2. Beti
Aprilia Isnawati : 15320004
3. Niken
Bella Silfiyanti : 15320015
4. Ahmad
Dwiky P : 15320036
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan syafaat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran dengan judul “PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK” dengan baik. Tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepadaBpk. Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd dan Bpk. Agil Lepiyanto,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, yang telah membimbing dalam pembelajaran mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Dari
hasil penyusunan makalah ini, penulis berharap agar baik penulis maupun pembaca
memahami Pembelajaran yang berpijak pada teori Behavioristik. Semoga makalah
ini dapat dimengerti atau dipahami oleh setiap pembaca sehingga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan juga bagi penulis. Penulis memohon maaf jika
terdapat kekurangan dalam hasil penyusunan makalah. Karena manusia tak jauh
dari sifat dan sikap salah. Kritik dan saran penulis harapkan agar dapat
menjadi koreksi agar lebih baik dalam penulisan selanjutnya.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb
Metro, September 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Masalah
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
B.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan
Pembelajaran
C. Analisa Perilaku: terapan dalam pendidikan
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar
yang telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage
dan Berliner yang berisi tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme
adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian
stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti
pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah :
1. Apa teori
belajar menurut Behavioristik ?
2. Bagaimana
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar Behavioristik ?
B. Tujuan
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Memahami
bagaimana pembelajaran yang berpijak pada teori belajar Behavioristik
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori
Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum
dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunyapun
sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat
mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia
belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau
input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam
contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu,
untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori
behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak
penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang
diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons),
semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran
behaviotistik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa
saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan
(positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.
Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya
ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas
tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar.
Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas
belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative
reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus
yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk
memungkinkan terjadinya respons.
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut teori
behaviorisme adalah :
1.
Menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan
tingkah perilaku.
2.
Menggunakan prinsip penguatan, yaitu untuk
mengidentivikasi aspek paling diperlukan
dalam pembelajaran dan untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat
mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
3.
Mengidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk
menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran.
4.
Lebih menekankan pada hasil belajar dari pada proses
pembelajaran
B.
Aplikasi
Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar
mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikkan dan pembelajaran
hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk
karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai hukuman-hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon,
individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak,
pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat,
reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting
dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan
pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti Kelompok bermain, Taman Kanak-kanak,
Sekolah-Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan
perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau
hukuman masih sering dilakukan
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke
orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang
sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh
pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak
struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai
sesuatu yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa
atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat
esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan
penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar
atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Siswa atau peserta didik adalah obyek yang harus berperilaku sesuai
dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada
di luar diri siswa.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas
“mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada
buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali
isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan
secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil
belajar menuntut satu jawaban benar. Maksudnya, bila siswa menjawab secara
“benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang
terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa
secara individual.
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang
berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetya
Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran Langkah-langkah
tersebut meliputi:
- Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
- Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini
termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa.
- Menentukan materi pelajaran.
- Memecah materi pelajaran menjadi bagian
kecil-kecil , meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsb.
- Menyajikan materi pelajaran.
- Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan
baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan, atau tugas-tugas.
- Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan
siswa.
- Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin
penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman.
- Memberikan stimulus baru.
- Mengamati dan mengkaji respons yang yang
diberikan siswa.
- Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
- Demikian seterusnya.
- Evaluasi hasil belajar.
C.
Analisa Perilaku: terapan
dalam pendidikan
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip
pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Operant
conditioning/Pengkondisian operan (kadang-kadang disebut sebagai pengkondisian berperan)
adalah metode pembelajaran yang terjadi melalui imbalan dan hukuman untuk
perilaku. Melalui pengkondisian operan, asosiasi dibuat antara
perilaku dan konsekuensi untuk perilaku itu. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting
dalam bidang pendidikan yaitu:
- Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai
untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
a)
Memilih Penguatan yang efektif
Tidak semua penguatan akan sama
efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari
tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan
penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang
anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang
dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap
manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan
ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
b)
Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat efektif, guru
harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis
perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan
“jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya,
sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan
membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka.
Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal
matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu
mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
c)
Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan
kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah: Jadwal
rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon. Jadwal
rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon,
akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi. Jadwal interval
– tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat. Jadwal
interval – variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel
waktu berlalu.
d) Menggunakan
Perjanjian (contracting)
Adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan.
Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk
anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan
bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas
mengandung pernyataan “jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan
kemudian diberi tanggal.
e)
Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat
karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari seorang guru
mengatakan “Fika, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu
boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan
penguatan negatif.
- Menggunakan dorongan (prompt)
dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah
stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan
meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi.
Shapping
(pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku
sasaran. . Bila guru membimbing siswa
menuju pencapaian tujuan dengan memberikan reinforcement pada langkah-langkah
menuju keberhasilan, maka guru itu menggunakan teknik yang disebut shaping.
Reinforcement dan extinction merupakan alat agar terbentuknya tingkah laku
operant baru.
Frazier dalam (Sri Esti,2006: 139) menyampaikan
penggunaan shaping untuk memperbaiki tingkah laku belajar. Ia mengemukakan lima
langkah perbaikan tingkah laku belajar murid antara lain:
Datang di kelas pada waktunya.
Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru.
Menunjukkan hasil-hasil tes dengan baik.
Mengerjakan pokerjaan rumah.
Penyempurnaan.
Hasil dari lima komponen untuk memperbaiki
tingkah laku menunjukkan bahwa kehadiran masuk sekolah bertambah setelah
beberapa bulan. Yang lebih penting lagi ialah para siswa menjadi lebih bisa
bekerja sama di kelas dan menggunakan waktu belajar mereka lebih efektif
- Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak
diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang
harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
- Menggunakan Penguatan Diferensial.
- Menghentikan penguatan (pelenyapan)
- Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
- Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut
teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai
untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu: Memilih Penguatan yang efektif, Menjadikan
penguat kontingen dan tepat waktu, Memilih jadwal penguatan terbaik,
Menggunakan Perjanjian (contracting), Menggunakan penguatan negatif secara
efektif
B. Saran
Sebaiknya kepada para pembaca memahami isi makalah
tersebut, sehingga para pembaca dapat mengerti apa isi makalah tersebut, tapi
tidak hanya mengerti akan isi makalah ini tetapi pembaca juga akan mendapatkan
suatu ilmu yang sangat bermanfaat yang nantinya dapat digunakan dalam proses
balajar mengajar. Setelah pembahasan mengenai aplikasi teori pembelajaran
menurut behavioristik ini kami penyusun agar mahasiswa mampu menjelaskan
kembali mengenai bagaimana aplikasi kegiatan pembelajaran yang berpijak pada
teori behavioristik.
DAFTAR PUSTAKA
http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/aplikasi-teori-behavioristik-dalam-proses-belajar-mengajar/
http://www.psychoshare.com/file-475/psikologi-kepribadian/apa-yang-dimaksud-operant-conditioningpengkondisian-operan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar