Kamis, 05 Januari 2017

Makalah hakikat Ibadah Al Islam 2

Makalah
HAKIKAT IBADAH
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al Islam 2
Yang diampu oleh Drs. H. Junaidi S., M,Sos. I




DISUSUN OLEH
BIOLOGI A
KELOMPOK 1
1.      Annisa Umairoh          : 15320002
2.      Ayu Eka Sari               : 15320003
3.      Siti Arista                    : 15320021
4.      Ahmad Dwiky P         : 15320036




PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS  KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2016





KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada  Allah  Yang  Maha  Esa,  karena  atas  berkat  rahmat dan  karunia-Nya,  makalah  ini  dapat  terselesaikan  dengan  baik.  Yang   berjudul ”HAKIKAT IBADAH”. Meskipun banyak hambatan yang kami  alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak  lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bpk. Drs. H. Junaidi S., M,Sos. I selaku dosen mata kuliah  Al Islam 2 dan  juga teman – teman yang sudah memberi kontribusi dan partisipasinya  baik secara langsung maupun  tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kami  menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Metro,  September  2016


Penyusun








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan hakikat Ibadah
B.     Macam-macam Ibadah
C.     Hikmah dari Ibadah
D.    Ibadah Sosial
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan
B.        Saran
DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
            Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya.
            Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
            Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai Hakikat tentang ibadah, macam-macam ibadah, ibadah sosial beserta hikmah dari ibadah itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah

1.      Apa pengertian ibadah dan hakikat ibadah ?
2.      Apa saja macam-macam dariIbadah ?
3.      Apakah Hikmah dari Ibadah itu ?
4.      Apa dan bagaimana Ibadah sosial itu ?


C.    Tujuan Makalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah

1.      Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan hakikat ibadah
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam ibadah
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui hikmah dari ibadah
4.      Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ibadah sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Hakikat Ibadah
·         Pengertian Ibadah
Menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah, mengabdi dan menghinakan diri.
Sebagaimana dalam firmannya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“ Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa “ ( TQS. Al-Baqarah: 21)

a.       Ibadah menurut beberapa ulama :
1)      Menurut  Abu A’la Maududi
Ibadah  berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus bersikap sebagaimana halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat kepada tuhannya tanpa membantah. Beliau juga menambahkan pula bahwa ada 3 hal yang harus dimiliki sebagai hamba yang baik yaitu:
1.      Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan berkewajiban untuk merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya, menunjang hidupnya, pelindung dan penjaganya dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada seorang pun selain tuannya yang layak mendapat kesetiaannya
2.      Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat dan tidak mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang bernada menentang kehendaknya tuannya
3.      Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah ditentukan oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya

2)      Menurut H. Endang Syaifudin Anshori
Ibadah secara garis besar ada 2 (dua )arti :
a.      Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara dan upacara (ritual) telah ditentukan secara terperinci daam Al- Qur’an dan As- Sunnah yang biasanya berkisar pada masalah Thoharoh, Sholat,  Zakat, Puasa, Haji.
b.      Ibadah dalam arti luas, yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan yang mempunyai 3 Tanda :
·        Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya
·        Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya
·        Amal Sholeh sebagai Garis Amanah
3)      Menurut Muhammad Qutb
Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditujukan kepada  Allah, mengambil petunjuk hanya darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan kemudian mengadakan hubungan yang terus-menerus dengan Allah tentang semua itu.
Jadi, Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu  Ibadah  mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan  dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi.
                 
·         Hakikat Ibadah
a.       Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah pada Ku” (QS. Az Zariyat: 56)
b.      Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari selbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?” Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,”sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al A’raf:72)
c.       Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman Allah swt:

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165)

Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud.
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang menciptakan kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

B.     Macam-Macam Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya
1.      Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
·          Wudhu,
·          Tayammum
·          Mandi hadats
·          Shalat
·          Shiyam ( Puasa )
·          Haji
·          Umrah

Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama tidak ada perintah.
 b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
وماارسلنا من رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء
 Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 64)
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat. 
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
 [Rumus Ibadah Mahdhah adalah = “KA + SS” (Karena Allah + Sesuai Syariat)]
2. Ibadah Ghairu Mahdah
Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
[Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah = “BB + KA” (Berbuat Baik + Karena Allah)]


C.    Hikmah dari Ibadah
1. Tidak Syirik,وَاسْجُدُوْا ِللهِ الَّذِىْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ .dan melainkan bersujudlah kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung.

2. Memiliki ketakwaan, ياَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِىْ خَلَقَكُمْ وَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ .Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.

3. Terhindar dari kemaksiatan, ...ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر.Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.

4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.

5. Tidak kikir,وَاتَى الْمَالَ عَلى حُبِّه ذَوِى الْقُرْبى وَالْيَتمى وَالْمَسكِيْنَ وَابْنِ السَّبِيْلِِلا وَالسَّائِلِيْنَ وَ فِى الّرِقَابِج dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.

6. Merasakan keberadaan Allah SWT, اَلَّذِى يَرَاكَ حِيْنَ تَقُوْمُ وَتَقَلُّبَكَ فِى السَّاجِدِيْنَ .Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.

7. Meraih martabat liqa Illah, .....يَدُ اللهِ فَوْقَ اَيْدِهِمْج .Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah.

8. Terkabul Doa-doanya, اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِلا فَلْيَسْتَجِيْبُوْالِى وَالْيُؤْمِنُوْا بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.

9. Banyak saudara, وَاْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاط..... Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.

10. Memiliki kejujuran, فَِاَذا قَضَْيتُمُ الصَّلواةََ فَاذْكُرُوْا اللهَ قِيَمًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلى جُنُوْبِكُمْج ... Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى اْلبِرَّ وَاِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِىْ اِلَى اْلجَنَّةِ... Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim]

11. Berhati ikhlas, وَمَا اُمِرُوْا اِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الِدّيْنَلا حُنَفَاءَ....Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya. هَلََكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ, قَالَ ثَلاَثًا Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim]

12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan دائمون dawam (rutin dan teratur), خاشعون khusyu (sempurna), يحافظون terjaga dan semangat.

13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.

D.  Ibadah Sosial
Di dalam Islam, ibadah sosial lebih dikenal dengan istilah muamalah atau hubungan antara seorang muslim dengan lingkungan sekitarnya. Seorang muslim yang baik, dalam melakukan hubungan muamalah juga tetap mengacu kepada ketentuan syari’ah agamanya. Perbedaannya hanyalah kepada objek ia melakukan ibadah. Ibadah sosial menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia dalam rangka mencari keridhaan dari Allah SWT. Melalui interaksi hubungan antara sesama manusia tersebut, seorang hamba berharap bisa mendapatkan pahala dari amal ibadah sosial yang telah dilakukannya.
Ada beberapa jenis ibadah sosial yang bisa secara mudah dilakukan oleh seorang muslim, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Sedekah
Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara hubungan seorang manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan memberikan nilai kemanfaatan bagi orang yang mendapatkan sedekah.
Sedangkan pelaku sedekah tersebut, berharap mencari pahala dari Allah SWT sebagai nilai dari ibadah yang sudah dilakukannya. Ibadah sosial ini bisa mencakup sumbangan orang per orang terhadap pihak yang tidak mampu, sumbangan bencana sosial dan lain sebagainya yang dilakukan secara ikhlas tanpa pamrih maka akan dinilai sebagai ibadah sosial yang mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
2.Zakat
Zakat juga menjadi salah satu bentuk ibadah sosial. Zakat hampir sama dengan sedekah, bedanya hanya pada hukum pelaksanaanya serta ukuran-ukuran yang ditetapkan berdasarkan jenis benda yang dizakatkan.Zakat hukumnya wajib, sedangkan sedekah sunnah. Jika kita menunaikan ibadah zakat, maka harus dijelaskan dikeluarkan oleh siapa dan berapa jumlahnya. Berbeda dengan sedekah. Sedekah yang sembunyi-sembunyi lebih baik dibanding dengan sedekah yang dipublikasikan, terlebih nama si pemberi sedekah dengan jelas dan diketahui banyak orang.
Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah sosial yang mampu mengentaskan kemiskinan ummat. Bukan hanya ummat Islam, apabila semua orang mau menunaikan zakat, maka ummat manusia akan makmur, meskipun mereka bukan muslim. Inilah yang sudah ditunjukkan di masa kegemilangan Khalifah Ummar bin Abdul Azis, dimana pada saat itu ummat Islam tidak lagi memiliki objek zakat, semua orang sudah makmur karena pelaksanaan
Permasalahan sosial kemiskinan yang ada saat ini salah satunya adalah karena tidak berjalannya ibadah sosial zakat tersebut di tengah masyarakat khususnya ummat Islam. Zakat mal merupakan salah satu zakat yang sangat efektif untuk menyelesaikan berbagai persoalan kemiskinan negara-negara Islam.Di samping dua jenis ibadah sosial di atas, membangun hubungan yang baik dengan tetangga dan masyarakat merupakan bentuk-bentuk lain dari ibadah sosial. Segala macam bentuk interaksi sosial yang diniatkan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT, maka hal tersebut bisa bernilai ibadah. Ibadah sosial menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ibadah merupakan suatu uasaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah dalam islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah
Hikmah ibadah diantarannya:


·         Tidak syirik
·         Memiliki ketakwaan
·         Terhindar dari kemaksiatan
·         Berjiwa social
·         Tidak kikir
·         Merasakan keberadaan Allah SWT
·         Terkabul Doa-doanya
·         Banyak saudara
·         Memiliki kejujuran
·         Berhati ikhlas
·         Sehat jasmani dan rohani
·         Memiliki kedisiplinan





B.     Saran

Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.







DAFTAR PUSTAKA

Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999).
http://islamireligius.blogspot.co.id/2009/08/hikmah-ibadah.html
https://noviaanjani1593.wordpress.com/2012/06/07/hikmah-ibadah-dan-amal-saleh/
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar