HAKIKAT IBADAH
Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Al Islam 2
Yang diampu oleh Drs. H. Junaidi
S., M,Sos. I
DISUSUN OLEH
BIOLOGI
A
KELOMPOK
1
1. Annisa
Umairoh : 15320002
2. Ayu
Eka Sari : 15320003
3. Siti
Arista : 15320021
4. Ahmad
Dwiky P : 15320036
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada
Allah Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Yang
berjudul ”HAKIKAT IBADAH”. Meskipun
banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak
lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bpk. Drs. H. Junaidi S.,
M,Sos. I selaku dosen mata kuliah Al
Islam 2 dan juga teman – teman yang sudah memberi kontribusi dan
partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Metro, September 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Masalah
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan hakikat Ibadah
B. Macam-macam
Ibadah
C. Hikmah
dari Ibadah
D. Ibadah
Sosial
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan
manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala pemberiannya,
manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya
tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt
yang telah memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah
swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah
akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah
swt dan Rasul Nya.
Sebagai
rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah
kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam
ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah
ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
Oleh
karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai Hakikat tentang ibadah,
macam-macam ibadah, ibadah sosial beserta hikmah dari ibadah itu sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah
1. Apa pengertian
ibadah dan hakikat ibadah ?
2.
Apa saja macam-macam dariIbadah ?
3.
Apakah Hikmah dari Ibadah itu ?
4.
Apa dan bagaimana Ibadah sosial itu ?
C. Tujuan Makalah
Adapun rumusan masalah penyusunan
makalah ini adalah
1.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan
hakikat ibadah
2.
Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam ibadah
3.
Agar mahasiswa dapat mengetahui hikmah dari ibadah
4.
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ibadah sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Hakikat Ibadah
·
Pengertian Ibadah
Menurut bahasa berasal dari abida
ya’budu yang berarti : menyembah, mengabdi dan menghinakan diri.
Sebagaimana dalam firmannya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“ Hai
manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu
agar kamu bertakwa “ ( TQS. Al-Baqarah: 21)
a.
Ibadah menurut beberapa ulama :
1)
Menurut Abu
A’la Maududi
Ibadah berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang
hamba harus bersikap sebagaimana halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh
dan taat kepada tuhannya tanpa membantah. Beliau juga menambahkan pula bahwa
ada 3 hal yang harus dimiliki sebagai
hamba yang baik yaitu:
1.
Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai
penguasa dan
berkewajiban untuk merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya, menunjang
hidupnya, pelindung dan penjaganya dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada
seorang pun selain tuannya yang layak mendapat kesetiaannya
2.
Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat dan
tidak mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang bernada
menentang kehendaknya tuannya
3.
Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah ditentukan
oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya
2)
Menurut H. Endang Syaifudin Anshori
Ibadah secara garis besar ada 2 (dua
)arti :
a. Ibadah dalam
arti khusus
(mudhloh) yaitu tata aturan
ilahi yang secara langsung mengatur hubungan antara seorang hamba dengan
Tuhannya yang cara, tata cara dan upacara (ritual) telah ditentukan secara
terperinci daam Al- Qur’an dan As- Sunnah yang biasanya berkisar pada masalah
Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.
b. Ibadah dalam
arti luas,
yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan yang mempunyai
3 Tanda :
·
Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya
·
Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya
·
Amal Sholeh sebagai Garis Amanah
3) Menurut Muhammad
Qutb
Ibadah adalah kebaktian yang hanya
ditujukan kepada Allah, mengambil
petunjuk hanya darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan
kemudian mengadakan hubungan yang terus-menerus dengan Allah tentang semua itu.
Jadi, Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas
pada saat-saat singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah
mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk,
pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem
yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas
terjadi.
·
Hakikat
Ibadah
a. Sebagai
tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan tidak
Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah pada Ku” (QS. Az
Zariyat: 56)
b. Sebagai
fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan ingatlah ketika Tuhan mu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari selbi mereka, dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?”
Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,”sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya).
(QS. Al A’raf:72)
c. Hakikat
ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman Allah
swt:
“Dan diantara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman
sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim
itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan
itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka akan menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165)
Artinya: jika kita sama atau lebih
mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan menjadi dosa paling besar yang
sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu
Mas’ud.
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah,
dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw menjawab,”bila kamu menjadikan
tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang menciptakan kamu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
B.
Macam-Macam
Ibadah
Ditinjau
dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan
sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya
1.
Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus
ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara
dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
·
Wudhu,
·
Tayammum
·
Mandi hadats
·
Shalat
·
Shiyam ( Puasa )
·
Haji
·
Umrah
Ibadah
bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan
adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau
logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama tidak ada
perintah.
b. Tatacaranya harus berpola
kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah
untuk memberi contoh:
وماارسلنا من
رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء
Dan Kami
tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 64)
c. Bersifat supra rasional (di atas
jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika,
karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah tasyri’. Shalat, adzan,
tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan
oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan
syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan
rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang
dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan.
Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata
untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi
utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
[Rumus Ibadah Mahdhah adalah = “KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syariat)]
2. Ibadah Ghairu Mahdah
Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan
yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar,
dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam
ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya
dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah
bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka
boleh melakukan ibadah ini.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada
contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah
“bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan
rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah
hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah
dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini
baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat
ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk,
merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu
bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
[Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah
= “BB + KA” (Berbuat Baik + Karena Allah)]
C. Hikmah dari Ibadah
1.
Tidak Syirik,وَاسْجُدُوْا ِللهِ الَّذِىْ
خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ .dan melainkan bersujudlah
kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya
kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah
berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus
meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang
dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud
lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung.
2. Memiliki ketakwaan, ياَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِىْ خَلَقَكُمْ وَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ .Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan, ...ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر.Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.
5. Tidak kikir,وَاتَى الْمَالَ عَلى حُبِّه ذَوِى الْقُرْبى وَالْيَتمى وَالْمَسكِيْنَ وَابْنِ السَّبِيْلِِلا وَالسَّائِلِيْنَ وَ فِى الّرِقَابِج dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.
6. Merasakan keberadaan Allah SWT, اَلَّذِى يَرَاكَ حِيْنَ تَقُوْمُ وَتَقَلُّبَكَ فِى السَّاجِدِيْنَ .Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.
7. Meraih martabat liqa Illah, .....يَدُ اللهِ فَوْقَ اَيْدِهِمْج .Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah.
8. Terkabul Doa-doanya, اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِلا فَلْيَسْتَجِيْبُوْالِى وَالْيُؤْمِنُوْا بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.
9. Banyak saudara, وَاْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاط..... Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.
10. Memiliki kejujuran, فَِاَذا قَضَْيتُمُ الصَّلواةََ فَاذْكُرُوْا اللهَ قِيَمًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلى جُنُوْبِكُمْج ... Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى اْلبِرَّ وَاِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِىْ اِلَى اْلجَنَّةِ... Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim]
11. Berhati ikhlas, وَمَا اُمِرُوْا اِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الِدّيْنَلا حُنَفَاءَ....Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya. هَلََكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ, قَالَ ثَلاَثًا Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim]
12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan دائمون dawam (rutin dan teratur), خاشعون khusyu (sempurna), يحافظون terjaga dan semangat.
13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.
D. Ibadah Sosial
Di dalam Islam, ibadah sosial lebih dikenal dengan
istilah muamalah atau hubungan antara seorang muslim dengan lingkungan sekitarnya.
Seorang muslim yang baik, dalam melakukan hubungan muamalah juga tetap mengacu
kepada ketentuan syari’ah agamanya. Perbedaannya hanyalah kepada objek ia
melakukan ibadah. Ibadah sosial menyangkut hubungan antara manusia dengan
manusia dalam rangka mencari keridhaan dari Allah SWT. Melalui interaksi
hubungan antara sesama manusia tersebut, seorang hamba berharap bisa
mendapatkan pahala dari amal ibadah sosial yang telah dilakukannya.
Ada beberapa jenis ibadah sosial yang bisa secara
mudah dilakukan oleh seorang muslim, beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.Sedekah
Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara hubungan seorang manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan memberikan nilai kemanfaatan bagi orang yang mendapatkan sedekah.
Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara hubungan seorang manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan memberikan nilai kemanfaatan bagi orang yang mendapatkan sedekah.
Sedangkan pelaku sedekah tersebut, berharap mencari
pahala dari Allah SWT sebagai nilai dari ibadah yang sudah dilakukannya. Ibadah
sosial ini bisa mencakup sumbangan orang per orang terhadap pihak yang tidak
mampu, sumbangan bencana sosial dan lain sebagainya yang dilakukan secara
ikhlas tanpa pamrih maka akan dinilai sebagai ibadah sosial yang mendapatkan
pahala di sisi Allah SWT.
2.Zakat
Zakat juga menjadi salah satu bentuk ibadah sosial. Zakat hampir sama dengan sedekah, bedanya hanya pada hukum pelaksanaanya serta ukuran-ukuran yang ditetapkan berdasarkan jenis benda yang dizakatkan.Zakat hukumnya wajib, sedangkan sedekah sunnah. Jika kita menunaikan ibadah zakat, maka harus dijelaskan dikeluarkan oleh siapa dan berapa jumlahnya. Berbeda dengan sedekah. Sedekah yang sembunyi-sembunyi lebih baik dibanding dengan sedekah yang dipublikasikan, terlebih nama si pemberi sedekah dengan jelas dan diketahui banyak orang.
Zakat juga menjadi salah satu bentuk ibadah sosial. Zakat hampir sama dengan sedekah, bedanya hanya pada hukum pelaksanaanya serta ukuran-ukuran yang ditetapkan berdasarkan jenis benda yang dizakatkan.Zakat hukumnya wajib, sedangkan sedekah sunnah. Jika kita menunaikan ibadah zakat, maka harus dijelaskan dikeluarkan oleh siapa dan berapa jumlahnya. Berbeda dengan sedekah. Sedekah yang sembunyi-sembunyi lebih baik dibanding dengan sedekah yang dipublikasikan, terlebih nama si pemberi sedekah dengan jelas dan diketahui banyak orang.
Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah sosial yang
mampu mengentaskan kemiskinan ummat. Bukan hanya ummat Islam, apabila semua
orang mau menunaikan zakat, maka ummat manusia akan makmur, meskipun mereka
bukan muslim. Inilah yang sudah ditunjukkan di masa kegemilangan Khalifah Ummar
bin Abdul Azis, dimana pada saat itu ummat Islam tidak lagi memiliki objek
zakat, semua orang sudah makmur karena pelaksanaan
Permasalahan sosial kemiskinan yang ada saat ini salah
satunya adalah karena tidak berjalannya ibadah sosial zakat tersebut di tengah
masyarakat khususnya ummat Islam. Zakat mal merupakan salah satu zakat yang
sangat efektif untuk menyelesaikan berbagai persoalan kemiskinan negara-negara
Islam.Di samping dua jenis ibadah sosial di atas, membangun hubungan yang baik
dengan tetangga dan masyarakat merupakan bentuk-bentuk lain dari ibadah sosial.
Segala macam bentuk interaksi sosial yang diniatkan semata-mata untuk mencari
keridhaan Allah SWT, maka hal tersebut bisa bernilai ibadah. Ibadah sosial
menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ibadah
merupakan suatu uasaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah dalam
islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah
Hikmah
ibadah diantarannya:
·
Tidak syirik
·
Memiliki ketakwaan
·
Terhindar dari kemaksiatan
·
Berjiwa social
·
Tidak kikir
·
Merasakan keberadaan Allah SWT
·
Terkabul Doa-doanya
·
Banyak saudara
·
Memiliki kejujuran
·
Berhati ikhlas
·
Sehat jasmani dan rohani
·
Memiliki kedisiplinan
B. Saran
Sebagai manusia
hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu untuk
beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah
mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat
semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR
PUSTAKA
Al manar, Abduh, Ibadah
Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999).
http://islamireligius.blogspot.co.id/2009/08/hikmah-ibadah.html
https://noviaanjani1593.wordpress.com/2012/06/07/hikmah-ibadah-dan-amal-saleh/
Yusuf Qardhawi,
Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar