Kamis, 09 Juni 2016

Manusia Dan Harapan Makalah





MAKALAH
MANUSIA DAN HARAPAN
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Ilmu Budaya Dasar yang diampu oleh Dr.Agus Sujarwanta. M.Pd./Widiya S. M.Pd./Rasuane Noor. M.Pd.



Disusun Oleh :
Kelompok 8
Annisa Umairoh          : 15320002
Rini Lestari                  : 15320019

Kelas : Biologi A




UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN BIOLOGI
2016



KATA PENGANTAR

Bismillahirarmaniirahim,
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang  memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga dalam penulisan makalah  matakuliah Statistik ini bisa berjalan dengan lancar.  Penulisan makalah  ini dimaksudkan penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Selain itu, penulisan makalah ini dimaksudkan sebagai penambah wawasan pembaca  , khususnya mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Metro sebagai komponen MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) yang bertujuan unruk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. . Di sisi lain, penulis  mengajak kepada para pembaca agar dapat memahami dan mendalami masalah topik di atas.
Dalam penyusunan  makalah kelompok ini, penulis menyadari akan segala  kekurangannya, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi perbaikan makalah berikutnya. Akhir kata, semoga  makalah ini bermanfaat bagi penulis dan  terutama bagi unsur-unsur yang berkepentingan.


Metro, 2016

Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
B.    Tujuan makalah
C.   Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian harapan
B.    Harapan sebuah Fenomen Nasional
C.    Kepercayaan
D.    Manusia dan harapan
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.    Saran
DAFTAR PUSTAKA













BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang

            Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita. Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita tidak bisa hidup menggantung semata pada harapan. Adalah baik untuk berharap yang terbaik. Tetapi hal itu tidak cukup. Kita tidak bisa hanya berharap - kita harus bertindak.Sangat menyedihkan, bahwa banyak hal digantung berlebihan pada harapan - demi perbaikan nasib. Berharap yang terbaik belum menghasilkan apa-apa. Bekerja dan bertindak - disertai dengan harapan di dalam hati - adalah hal yang membawa hasil. Kombinasi yang sempurna. Harapan tidak akan mengecewakan - selama hal itu disertai dengan tindakan dan komitmen.
Harapan tidak bisa mengganti tindakan. Kerjakan apa yang harus dikerjakan - ada atau tidak ada harapan. Harapkan yang terbaik dan kerjakan apa saja yang memungkinkan harapan itu terwujud.

Mulai hari baru anda dengan harapan, dan sambung dengan kerja dan karya. Biarkan harapan menginspirasikan anda, ketimbang membuai anda. Harapkan yang terbaik, dan bayar setiap ongkosnya. Harapan bergantung pada ANDA.Hidup adalah kemewahan, hidup adalah kegembiraan - sekalipun di hari terburuk. Kenyataan bahwa anda saat ini hidup sehingga bisa membuat keputusan, bisa melaksanakannya, dan mampu membuat perbedaan - jauh lebih berharga ketimbang segala kesulitan dan kekecewaan yang mungkin menghadang.
Saat dunia gelap - hidup adalah alasan mengapa anda harus menjadi cahaya.

            Kualitas hidup anda tidak tergantung pada apa yang anda temui, tetapi pada seperti apa anda setelah melewati segala tantangan. Hari ini adalah hari istimewa - karena anda diperbolehkan masuk ke hari ini. Ada kesempatan untuk tumbuh - dan mencapai cita-cita anda ke segala arah. Bila orang di sekitar anda pencemooh dan pendengki - anda punya kesempatan untuk membuat - bahwa KARENA ANDA – lingkungan anda bisa berubah ke arah lebih baik. Tantangan kesulitan yang ada di depan anda menyembunyikan harta karun nyata yang menunggu untuk digali.

2.    Tujuan
Tujuan dari penyususan makalah ini adalah sebagai bahan untuk mempelajari materi dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dan disamping itu untuk lebih mengetahui arti kegelisahan dalam diri manusia serta mengambil hikmah dari dari materi ini  sehingga menjadi manusia yang lebih baik.



3.     Rumusan Masalah

1. Apa itu harapan ?
2. Apa saja dorongan-dorongan dalam diri manusia?
3. Bagaimana usaha-usaha mencapai harapan ?
4. Apa itu kepercayaan?
5. Macam – macam harapan ?









BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap, yang artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/ proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".
   Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.

Contoh harapan misalnya:
1.    Ani seorang mhasisiwa Universitas Muhammadiyah Metro, Ia belajar dengan sungguh-sungguh dengan harapan nilai IP nanti dapat mencapai 3
2.    Pak Kasim seorang nelayan yang giat. Sejak mulai mencari ikan ia mempunyai harapan agar hasil tangkapanya nanti mendapat hasil yang lebih banyak selain dapat dijual sisanya juga cukup untuk dimakan sekeluarga. Ia yakin harapanya menjadi kenyataan, karena itu ia pergi ke laut lebih awal dari biasanya.
Dari kedua contoh diatas, apa yang diinginkan Ani dan Pak Kasm ialah terjadinya buah keinginan, oleh karena itu mereka bekerja keras. Ani belajar tanpa mengenal waktu dan Pak Kasim bekerja tak mengenal lelah. Dan semua itu semata-mata suatu keyakinan bahwa akan terwujud apa yang diharapkan. Jadi untuk mewujudkan harapan tersebut harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Meskipun sudah berkerja keras kadang –kadangharapan itu belum tentu tercapai. Misalnkan, apakah Ani pasti mendapatkan nilai IP 3?, belum tentu. Atau apakah nanti Pak Kasim pasi mendapatkan ikan yang banyak?, juga belum pasti. Semua itu Tuhanlah yang menentukan dan manusia hanya bisa berusaha dan berdoa.


Harapan artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai harapan. Karena tanpa harapan manusia todak ada artinya sebagai manusia. Manusia yang tak memiliki harapan berarti tak dapat diharapkan lagi.Menurut kodratnya dalam diri manusia ada dorongan, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
  Dorongan kodrat diantaranya menangis, tertawa, berpikir, berkata, bercinta, mempunyai keturuanan, dsbg. Kebutuhan hidup ialah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah: pangan,sandang, dan, papan. Sedangakan kebutuhan rohani meliputi kebahagiaan, kesejahteraan, kepuasan hidup dan sebagainya.
Dalam mencukupi kebutuhan itu, baik kebutuhan kodrat maupun kebutuhan hidup manusia tak dapat mencapai sendiri, melaikan harus dengan bantuan orang lain.
Berdasarkan dorongan kebutuhan kodrat dan kebutuhan hidup itu, maka orang mengharapkan agar kebutuhan hidup itu dapat terpenuhi. Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia. Lima macam harapan itu ialah:
1.    Kelangsungan hidup (survival)
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir. Setiap bayi begitu lahir di bumi menangis, ia telah mengharapkan diberi makan/minum. Kebutuhan makan dan minum ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan hidup manusia.



2.    Keamanan
Setiap orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir, ia telah membutuhkan keamanan. Begitu lahir dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan, setelah agak besar, setiap anak menangis dia akan diam setelah di peluk ibunya setelah bertambah besar ia dilindungi. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang Nampak secaara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman.

3.    Hak dan Kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban Dengan pertumbuhan manusia maka akan tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban. Karena itu tidak jarang anak anak remaja mengatakan kepada ayah atau ibunya “Ibu ini kok menganggap reny masih kecil saja, semua di atur!” itu suatu pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran akan hak dan kewajibannya
4.    Harapan memperoleh status atau untuk diterima atau di akui lingkungan.
Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Setiap manusia yang lahir di bumi ini tentu akan bertanya tentang statusnya. Status keberadaannya. Status dalam keluarga, status dalam masyarakat, dan status dalam negara. Status itu penting, karena dengan status orang tahu siapa dia.
5.    Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization).
Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangakatannya atau profesinya. Pada saar itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima atau diakui kehebatannya.

B.   Harapan Sebuah Fenomen Nasional
Harapan, dalam satu dan hal lain, bisa juga disebut sebagai fenomen yang universal sifatnya. Artinya, harapan adalah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun dan kapanpun. Hal ini membuktikan setiap manusia , tidak peduli latar belakangnya. Mempunyai keinginan untuk terpenuhinya segala harapan tersebut sampai-sampai orang yang akan meninggal pun tetap menaruh harapan-harapan tertentu. Kita bisa lihat misalnya bagaimana orang menghadapi kematian sekalipun masih berkepentingan untuk meniggalkan pesan-pesan, baik secara lisan atau melalui surat wasiat, kepada ahli waris yang ditinggalkanya.
Demikian universalnya fenomen semacam ini, tidak saja menantang seniman untuk menuangkannya dalam berbagai karyanya, tetapi lebih dari itu kita bisa menengok fenomen tersebut dalam berbagai cerita-cerita rakyat yang sampai saat ini masih berkembang dimasyarakat kita. Salah satunya cerita rakyat yang barang  kali dapat mewakili adalah cerita  tentang Sumantri Sukarsrana. Berikut ceritanya:
Tak ada yang membantah bahwa Sumantri adalah satria bagus rupanya, wira-sakti, yang bersenjatakan Cakrabaskara pemusnah angkara murka. Ia putra seorang pendeta sakti bernama Maha Resi Suwandagni. Ia masih saudara sepupu dengan Ramaparasu putra Resi Jamadagni. Namun sepanjang hayatnya pekerti Sumantri memalukan derajat kesatriaannya.
Sebaliknya adiknya berwajah raksasa, tetapi berbudi luhur, sakti dan sangat mencintai kakaknya, Sukrasana namanya.
Pada suatu malam Sumantri menghadap Resi Suwandagni untuk memohon diri, guna pergi melamar pekerjaan ke negeri Maespati. Tetapi ia tak mau membawa adiknya, karena malu terhadap wajah Sukasrana itu. Sumantri di terima oleh Harjuna Sasrabahu, asalkan dapat merebut putri dari negeri Magada. Dengah gagah perkasa Sumantri berhasil menyisihkan semua lawannya dalam sayembara merebut Dewi Citrawati. Tetapi setelah berhasil, dalam benaknya timbuh pikiran: “Bukankah aku yang berhasil memboyong Citrawati? Mengapa harus aku serahkan kepada Harjuna Sasrabahu, yang belum tentu melebihi kesaktianku?
Ujar Sumantri : “Kalau demikian lebih baik aku tantang Harjuna Sasrabahu untuk menandingi keperwiraanku. Kalau ia kalah dan hancur karena Cakrabaskaraku, pasti akulah yang memiliki Citrawati, harta dan tahta negeri Maespati. Lagi-lagi soal wanita, harta dan tahta mampu merobah budipekerti manusia.
Tantangan Sumantri diterima oleh Harjuna Sasrabahu dengan senang hati. Terjadilah peperangan yang seru dan dahsyat karena masing-masing adalah inkarnasi (belahan) Wisnu. Sumantri kemudian mengangkan dan melepaskan Cakrabaskara kearah Harjuna Sasrabahu. Cakrabaskara menyala, gemuruh suaranya membelah angkasa, mengejutkan hati Harjuna Sasrabahu. Karena murkanya, Harjuna bertiwikrama menjadi seorang raksasa yang maha besar bermuka seribu, sehingga dengan mudah senjata Cakrabaskara ditangkapnya. Sumantri diringkus dan diinjak dibawah telapak kakinya. Sambil menangis Sumantri meminta ampun atas kelancangan dan kesalahannya. Anehnya, Harjuna Sasrabahu masih memberi maaf dan mau menerima pengabdiannya, tetapi dengan syarat yang lebih berat. Sumantri diperintahkan untuk membangun taman Sriwedari dengan ancaman hukuman, apabila ternyata tak berhasilm maka ia tidak akan diterima pengabdiannya. Dalam kesedihan ini datanglah Sukrasana menyusul Sumantri. Ia bersedia menolong, asalkan ia diperbolehkan turut serta kemanapun Sumantri berada. Permufakatan tercapai. Dan Sukasrana dengan kesaktiannya berhasil memutar taman Sriwedari dipindahkan ke negeri Maespati. Atas jasanya itu Sumantri berterima kasih kepada adiknya, tetapi dengan pesan agar Sukasrana bersembunyi tidak menampakkan diri, apalagi menemuinya di muka umum.
Pada suatu hari Citrawati bersama pengiringnya dikala sedang bersukaria di taman Sriwedari, tiba-tiba lari ketakutan melihat raksasa kerdil berada di taman. Ia lari tunggang langgang mengadu kepada Harjuna Sasrabahu. Sumantri yang telah bergelar Patih Suwanda segera datang memeriksa taman.
Bukan main marahnya ketika tahu bahwa raksasa yang menakutkan permasisuri itu adalah adiknya sendiri. Dengan Cakrabaskara Sumantri mengancam agar Sukrasana pergi meninggalkan taman Sriwedari, tetapi sial, senjatanya terlepas dari tangannya dan tewaslah Sukasrana.
Dengan dalih apapun perbuatan Sumantri ini tetap dikategorikan kriminal sebagai suatu pembunuhan. ia menangis menyesali perbuatannya. Tetapi apa daya, nasi telah menjadi bubur. Walaupun demikian Sukrasana tetap mencintai kakaknya, dan arwah Sukrasana melayang, berkatalah ia : “Kakang Sumantri, kau tak tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Ketahuilah kepergianku berarti kehancuranmu. Aku akan menjemput kakang ke Nirwana, apabila kelak kakang berhadapan dengan raja yang bermuka sepuluh. Rahwana namanya. Kakang Sumantri akan mati oleh taringnya. Berhati-hatilah kakang!”

Dari apa yang dikemukakan diatas, barangkali sudah mulai dapat dimengerti bahwa harapan mengacu pada keinginan atau kebutuhan seseorang yang memiliki harapan itu sendiri. Dan dari apa yang diilustrasikan diatas, tampak juga bahwa keinginan atau kebutuhan seseorang bisa berupa sesuatu yang lahiriah, seperti kebutuhan uang untuk kasus Sumirnah. Tentang keinginan dan kebutuhan manusia sudah banyak ahlinya yang mengupasnya.Salah satu pendapat mengatakan bahwa keinginan itu tidak lain merupakan bentuk lain dari kehendak manusia yang begitu kuat. Tegasnya harapan yang sangat mendalam akan menimbulkan apa yang disebut emosi .Itulah mengapa kadang-kadang harapan seseorang sekaligus bisa mempengaruhi emosi yang bersangkutan.
Selain itu, dari berbagai kemungkinan kebutuhan manusia kita bisa mengelompokkanya kedalam tiga kebutuhan pokok yaitu : kebutuhan organik individu













C.   Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini adanya kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Kepercayaan dan usaha untuk meningkatkannya
- Kepercayaan dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan padanya. Contoh: Tigor dalam drama TVRI yang berjudul “Tigor”, tidak takut kepada Jaya Kepruk, katanya ia yakin, bahwa dia tidak merasa salah. Ia percaya pada dirinya sendiri. Ia haya tajut pada Tuhan

2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang dipercaya karena ucapannya”. Contoh : Dewi Drupadi mengurai rambutnya, ia tidak akan bergelung kalau tidak keramas denga darah Dursasana (Kurawa). Janji itu akhirnya juga terpenuhi

3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Berdasarkan pandangan theokratis menurut buku Etika, Filsafat Tingkah Laku karya Prof.I.R. Poedjawiyatna, Negara itu berasal dari Tuhan . Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhan adalah Pemilik kedaulatan sejati, karena semua adalah ciptaan Tuhan.
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat dan milik rakyat. Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya kewajiban.




4. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka manusia harus percaya kepada Tuhan.
Kepercayaan optimis bahwa kebaikan dalam tingkah laku akan membawa kebaikan pula (Pahala) dan akan mengalahkan kejahatan. Demikian  bagi yang berbuat baik ( tindakan moral) bisa berharap /mempunyai pengharapan mendapat kebaikan dalam kesempatan lain.
- Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
   1. Meningkatkan ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
   2. Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
   3. Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan dan sebagainya.
   4. Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
   5. Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah dan sebagainya



D. Manusia dan Harapan
Kita ingat akan ibarat demikian, “Manusia tanpa cita-cita ibarat sudah mati sebelum ajal”. Artinya orang yang tidak suka atau tidak mempunyai cita-cita atau harapan itu tak ubahnya dengan orang yang sudah mati. Jelasnya maka setiap orang itu pasti mempunyai cita-cita atau harapan.
Bila kita tinjau dari wujudnya dapat dikatakan tidak terhingga, namun bila dilihat dari tujuannya hanya ada satu, ialah hidup bahagia. Bahagia di dunia dan akhirat.


Dalam hubunganya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan itu sebagai berikut :
1)    Harapan seperti apa yang baik
2)    Bagaimana caranya mencapai harapan itu
3)    Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai
Bila kita ingat dengan kehidupan itu tidak hanya di dunia saja, namun juag di akhirat, bahkan kehidupan disana lebih abadi. Maka sudah selayaknya “harapan” untuk hidup bahagia di kedua tempat itu sudah kiat niati.
Orang yang hanya mengharapkan niatnya hidup kaya,cenderung mudah sekali terseret ke jalan yang kurang baik. Sering orang yang seperti itu kurang memperhitungkan dari aturan permainan dalam mendapatkan kekayaan itu. Tidak jarang mereka “menghalalkan cara”. Pegangan seperti itu mulai dilaksanakan sejak yang bersangkutan duduk dibangku pendidikan. Dilanjutkan pada saat mencari perkerjaan atau jabatan.
Akhirnya bila sudah kaya, semata-mata semuanya itu hanya untuk memuaskan kehendaknya, memuaskan hawa nafsunya. Karena kepuasan dilandasi hawa nafsu, maka selamanya tidak akan merasa puas. Dan akhirnya tidak akan dapat merasakan bahagia. Tidak aneh nantinya orang itu akan melaksanakan hal-hal yang tidak terpuji, asal kehendaknya terpenuhi.
Seandainya harapannya belum berhasil atau tercapai ia akan tetap bersabar tanpa mengurangi usahanya; sebab ia yakin Tuhan tidak akan pernah mengubah nasibnya, bila ia sendiri tak mau berusaha ke arah perubahan itu. Tak ada kamus berputus asa, sebab tahu putus asa adalah perbuatan orang-orang yang ingkar pada Tuhan. Bila harapannya berhasil mak ia akan meningkatkan rasa syukurnya namun bila belum berhasil maka ia akan tetap bersabar dan bertawakal.
Berharap agar besok lebih baik daripada hari ini memang hak dan kewajiban kita. Namun kita harus selalu sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan. Yang penting marilah kita selalu ingat pesan Nabi Muhammad saw : “Berusahalah untuk urusan dunimu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya; dan berusahalah untuk urusan akhiratmu seoloh-olah kamu akna mati esok pagi”.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setiap manusia pasti memiliki sebuah harapan dalam hidupnya, namun ada orang yang mau mengejar untuk mendapatkannya dan ada juga yang menyerah harapan itu karena dia merasa sudah tidak mampu mendapatkannya. Jadi, apapun harapan itu pasti akan selalu ada jalan untuk meraihnya, hanya tergantung pada bagaimana usaha dan doa kita untuk mendapatkannya.

Saran
Hendaknya kita selalu berpikir positif bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya, dengan begitu harapan akan selalu tercipta. Hendak pula kita menjadikan harapan menjadi sesuatu yang berharga untuk menjadikan kita sebagai insan yang lebih baik lagi. Jangan sampai harapan yang tidak tercapai yang kita alami menjadikan jiwa kita terganggu. Walaupun terasa berat, yakinlah bahwa kita sanggup memikulnya.


DAFTAR PUSTAKA
Widagdho,dkk.1991.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar