MAKALAH
MANUSIA DAN HARAPAN
Tugas
ini dibuat untuk memenuhi tugas Ilmu Budaya Dasar yang diampu oleh Dr.Agus
Sujarwanta. M.Pd./Widiya S. M.Pd./Rasuane Noor. M.Pd.
Disusun
Oleh :
Kelompok 8
Annisa
Umairoh : 15320002
Rini
Lestari : 15320019
Kelas : Biologi A
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirarmaniirahim,
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga dalam penulisan makalah
matakuliah Statistik ini bisa berjalan dengan lancar. Penulisan makalah ini dimaksudkan penulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Selain itu, penulisan makalah ini dimaksudkan
sebagai penambah wawasan pembaca ,
khususnya mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Metro sebagai komponen MKDU
(Mata Kuliah Dasar Umum) yang bertujuan unruk mengembangkan daya tangkap,
persepsi, penalaran dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. . Di sisi lain,
penulis mengajak kepada para pembaca
agar dapat memahami dan mendalami masalah topik di atas.
Dalam penyusunan makalah kelompok ini, penulis menyadari akan
segala kekurangannya, untuk itu kritik
dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi perbaikan makalah berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan terutama
bagi unsur-unsur yang berkepentingan.
Metro, 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
B.
Tujuan
makalah
C.
Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian harapan
B.
Harapan sebuah Fenomen Nasional
C.
Kepercayaan
D.
Manusia dan harapan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya
harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada
usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap
yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu
yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan
kita. Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita tidak bisa hidup menggantung
semata pada harapan. Adalah baik untuk berharap yang terbaik. Tetapi hal itu
tidak cukup. Kita tidak bisa hanya berharap - kita harus bertindak.Sangat
menyedihkan, bahwa banyak hal digantung berlebihan pada harapan - demi
perbaikan nasib. Berharap yang terbaik belum menghasilkan apa-apa. Bekerja dan
bertindak - disertai dengan harapan di dalam hati - adalah hal yang membawa
hasil. Kombinasi yang sempurna. Harapan tidak akan mengecewakan - selama hal
itu disertai dengan tindakan dan komitmen.
Harapan
tidak bisa mengganti tindakan. Kerjakan apa yang harus dikerjakan - ada atau
tidak ada harapan. Harapkan yang terbaik dan kerjakan apa saja yang
memungkinkan harapan itu terwujud.
Mulai hari
baru anda dengan harapan, dan sambung dengan kerja dan karya. Biarkan harapan
menginspirasikan anda, ketimbang membuai anda. Harapkan yang terbaik, dan bayar
setiap ongkosnya. Harapan bergantung pada ANDA.Hidup adalah kemewahan, hidup
adalah kegembiraan - sekalipun di hari terburuk. Kenyataan bahwa anda saat ini
hidup sehingga bisa membuat keputusan, bisa melaksanakannya, dan mampu membuat
perbedaan - jauh lebih berharga ketimbang segala kesulitan dan kekecewaan yang
mungkin menghadang.
Saat dunia
gelap - hidup adalah alasan mengapa anda harus menjadi cahaya.
Kualitas hidup anda tidak tergantung pada apa yang anda temui, tetapi pada
seperti apa anda setelah melewati segala tantangan. Hari ini adalah hari
istimewa - karena anda diperbolehkan masuk ke hari ini. Ada kesempatan untuk
tumbuh - dan mencapai cita-cita anda ke segala arah. Bila orang di sekitar anda
pencemooh dan pendengki - anda punya kesempatan untuk membuat - bahwa KARENA
ANDA – lingkungan anda bisa berubah ke arah lebih baik. Tantangan kesulitan
yang ada di depan anda menyembunyikan harta karun nyata yang menunggu untuk
digali.
2. Tujuan
Tujuan dari
penyususan makalah ini adalah sebagai bahan untuk mempelajari materi dalam mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar dan disamping itu untuk lebih mengetahui arti
kegelisahan dalam diri manusia serta mengambil hikmah dari dari materi
ini sehingga menjadi manusia yang lebih baik.
3. Rumusan Masalah
1. Apa itu harapan ?
2. Apa saja dorongan-dorongan dalam
diri manusia?
3. Bagaimana usaha-usaha mencapai
harapan ?
4. Apa itu kepercayaan?
5. Macam – macam harapan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap, yang
artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Yang mempunyai harapan atau keinginan
itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan
"berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/ proses
sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau
"berpikir pesimis".
Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap
tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta
kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.
Contoh harapan misalnya:
1.
Ani
seorang mhasisiwa Universitas Muhammadiyah Metro, Ia belajar dengan
sungguh-sungguh dengan harapan nilai IP nanti dapat mencapai 3
2.
Pak
Kasim seorang nelayan yang giat. Sejak mulai mencari ikan ia mempunyai harapan
agar hasil tangkapanya nanti mendapat hasil yang lebih banyak selain dapat
dijual sisanya juga cukup untuk dimakan sekeluarga. Ia yakin harapanya menjadi
kenyataan, karena itu ia pergi ke laut lebih awal dari biasanya.
Dari
kedua contoh diatas, apa yang diinginkan Ani dan Pak Kasm ialah terjadinya buah
keinginan, oleh karena itu mereka bekerja keras. Ani belajar tanpa mengenal
waktu dan Pak Kasim bekerja tak mengenal lelah. Dan semua itu semata-mata suatu
keyakinan bahwa akan terwujud apa yang diharapkan. Jadi untuk mewujudkan
harapan tersebut harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan apa yang
diharapkan. Meskipun sudah berkerja keras kadang –kadangharapan itu belum tentu
tercapai. Misalnkan, apakah Ani pasti mendapatkan nilai IP 3?, belum tentu. Atau
apakah nanti Pak Kasim pasi mendapatkan ikan yang banyak?, juga belum pasti.
Semua itu Tuhanlah yang menentukan dan manusia hanya bisa berusaha dan berdoa.
Harapan
artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai harapan. Karena
tanpa harapan manusia todak ada artinya sebagai manusia. Manusia yang tak
memiliki harapan berarti tak dapat diharapkan lagi.Menurut kodratnya dalam diri
manusia ada dorongan, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongan kodrat diantaranya menangis, tertawa,
berpikir, berkata, bercinta, mempunyai keturuanan, dsbg. Kebutuhan hidup ialah
kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah: pangan,sandang, dan,
papan. Sedangakan kebutuhan rohani meliputi kebahagiaan, kesejahteraan,
kepuasan hidup dan sebagainya.
Dalam
mencukupi kebutuhan itu, baik kebutuhan kodrat maupun kebutuhan hidup manusia
tak dapat mencapai sendiri, melaikan harus dengan bantuan orang lain.
Berdasarkan dorongan
kebutuhan kodrat dan kebutuhan hidup itu, maka orang mengharapkan agar
kebutuhan hidup itu dapat terpenuhi. Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan
manusia itu Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima
macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia. Lima macam
harapan itu ialah:
1. Kelangsungan hidup (survival)
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan
sandang, pangan, dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini
terlihat sejak bayi lahir. Setiap bayi begitu lahir di bumi menangis, ia telah
mengharapkan diberi makan/minum. Kebutuhan makan dan minum ini terus berkembang
sesuai dengan perkembangan hidup manusia.
2. Keamanan
Setiap orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak
lahir, ia telah membutuhkan keamanan. Begitu lahir dengan suara tangis, itu
pertanda minta perlindungan, setelah agak besar, setiap anak menangis dia akan
diam setelah di peluk ibunya setelah bertambah besar ia dilindungi. Rasa aman
tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang Nampak secaara moral pun orang
lain dapat memberi rasa aman.
3. Hak dan Kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban Dengan
pertumbuhan manusia maka akan tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban.
Karena itu tidak jarang anak anak remaja mengatakan kepada ayah atau ibunya
“Ibu ini kok menganggap reny masih kecil saja, semua di atur!” itu suatu
pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran akan hak dan kewajibannya
4.
Harapan
memperoleh status atau untuk diterima atau di akui lingkungan.
Setiap manusia membutuhkan status.
Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Setiap manusia yang lahir di bumi ini
tentu akan bertanya tentang statusnya. Status keberadaannya. Status dalam
keluarga, status dalam masyarakat, dan status dalam negara. Status itu penting,
karena dengan status orang tahu siapa dia.
Selanjutnya manusia berharap diakui
keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangakatannya atau profesinya.
Pada saar itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima
atau diakui kehebatannya.
B. Harapan
Sebuah Fenomen Nasional
Harapan, dalam
satu dan hal lain, bisa juga disebut sebagai fenomen yang universal sifatnya.
Artinya, harapan adalah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia
dimanapun dan kapanpun. Hal ini membuktikan setiap manusia , tidak peduli latar
belakangnya. Mempunyai keinginan untuk terpenuhinya segala harapan tersebut
sampai-sampai orang yang akan meninggal pun tetap menaruh harapan-harapan
tertentu. Kita bisa lihat misalnya bagaimana orang menghadapi kematian
sekalipun masih berkepentingan untuk meniggalkan pesan-pesan, baik secara lisan
atau melalui surat wasiat, kepada ahli waris yang ditinggalkanya.
Demikian
universalnya fenomen semacam ini, tidak saja menantang seniman untuk
menuangkannya dalam berbagai karyanya, tetapi lebih dari itu kita bisa menengok
fenomen tersebut dalam berbagai cerita-cerita rakyat yang sampai saat ini masih
berkembang dimasyarakat kita. Salah satunya cerita rakyat yang barang kali dapat mewakili adalah cerita tentang Sumantri Sukarsrana. Berikut
ceritanya:
.
Sebaliknya adiknya berwajah raksasa, tetapi berbudi luhur, sakti dan sangat mencintai kakaknya, Sukrasana namanya.
Pada suatu malam Sumantri menghadap Resi Suwandagni untuk memohon diri, guna pergi melamar pekerjaan ke negeri Maespati. Tetapi ia tak mau membawa adiknya, karena malu terhadap wajah Sukasrana itu. Sumantri di terima oleh Harjuna Sasrabahu, asalkan dapat merebut putri dari negeri Magada. Dengah gagah perkasa Sumantri berhasil menyisihkan semua lawannya dalam sayembara merebut Dewi Citrawati. Tetapi setelah berhasil, dalam benaknya timbuh pikiran: “Bukankah aku yang berhasil memboyong Citrawati? Mengapa harus aku serahkan kepada Harjuna Sasrabahu, yang belum tentu melebihi kesaktianku?
Ujar Sumantri : “Kalau demikian lebih baik aku tantang Harjuna Sasrabahu untuk menandingi keperwiraanku. Kalau ia kalah dan hancur karena Cakrabaskaraku, pasti akulah yang memiliki Citrawati, harta dan tahta negeri Maespati. Lagi-lagi soal wanita, harta dan tahta mampu merobah budipekerti manusia.
Tantangan Sumantri diterima oleh Harjuna Sasrabahu dengan senang hati. Terjadilah peperangan yang seru dan dahsyat karena masing-masing adalah inkarnasi (belahan) Wisnu. Sumantri kemudian mengangkan dan melepaskan Cakrabaskara kearah Harjuna Sasrabahu. Cakrabaskara menyala, gemuruh suaranya membelah angkasa, mengejutkan hati Harjuna Sasrabahu. Karena murkanya, Harjuna bertiwikrama menjadi seorang raksasa yang maha besar bermuka seribu, sehingga dengan mudah senjata Cakrabaskara ditangkapnya. Sumantri diringkus dan diinjak dibawah telapak kakinya. Sambil menangis Sumantri meminta ampun atas kelancangan dan kesalahannya. Anehnya, Harjuna Sasrabahu masih memberi maaf dan mau menerima pengabdiannya, tetapi dengan syarat yang lebih berat. Sumantri diperintahkan untuk membangun taman Sriwedari dengan ancaman hukuman, apabila ternyata tak berhasilm maka ia tidak akan diterima pengabdiannya. Dalam kesedihan ini datanglah Sukrasana menyusul Sumantri. Ia bersedia menolong, asalkan ia diperbolehkan turut serta kemanapun Sumantri berada. Permufakatan tercapai. Dan Sukasrana dengan kesaktiannya berhasil memutar taman Sriwedari dipindahkan ke negeri Maespati. Atas jasanya itu Sumantri berterima kasih kepada adiknya, tetapi dengan pesan agar Sukasrana bersembunyi tidak menampakkan diri, apalagi menemuinya di muka umum.
Pada suatu hari Citrawati bersama pengiringnya dikala sedang bersukaria di taman Sriwedari, tiba-tiba lari ketakutan melihat raksasa kerdil berada di taman. Ia lari tunggang langgang mengadu kepada Harjuna Sasrabahu. Sumantri yang telah bergelar Patih Suwanda segera datang memeriksa taman.
Bukan main marahnya ketika tahu bahwa raksasa yang menakutkan permasisuri itu adalah adiknya sendiri. Dengan Cakrabaskara Sumantri mengancam agar Sukrasana pergi meninggalkan taman Sriwedari, tetapi sial, senjatanya terlepas dari tangannya dan tewaslah Sukasrana.
Dengan dalih apapun perbuatan Sumantri ini tetap dikategorikan kriminal sebagai suatu pembunuhan. ia menangis menyesali perbuatannya. Tetapi apa daya, nasi telah menjadi bubur. Walaupun demikian Sukrasana tetap mencintai kakaknya, dan arwah Sukrasana melayang, berkatalah ia : “Kakang Sumantri, kau tak tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Ketahuilah kepergianku berarti kehancuranmu. Aku akan menjemput kakang ke Nirwana, apabila kelak kakang berhadapan dengan raja yang bermuka sepuluh. Rahwana namanya. Kakang Sumantri akan mati oleh taringnya. Berhati-hatilah kakang!”
Sebaliknya adiknya berwajah raksasa, tetapi berbudi luhur, sakti dan sangat mencintai kakaknya, Sukrasana namanya.
Pada suatu malam Sumantri menghadap Resi Suwandagni untuk memohon diri, guna pergi melamar pekerjaan ke negeri Maespati. Tetapi ia tak mau membawa adiknya, karena malu terhadap wajah Sukasrana itu. Sumantri di terima oleh Harjuna Sasrabahu, asalkan dapat merebut putri dari negeri Magada. Dengah gagah perkasa Sumantri berhasil menyisihkan semua lawannya dalam sayembara merebut Dewi Citrawati. Tetapi setelah berhasil, dalam benaknya timbuh pikiran: “Bukankah aku yang berhasil memboyong Citrawati? Mengapa harus aku serahkan kepada Harjuna Sasrabahu, yang belum tentu melebihi kesaktianku?
Ujar Sumantri : “Kalau demikian lebih baik aku tantang Harjuna Sasrabahu untuk menandingi keperwiraanku. Kalau ia kalah dan hancur karena Cakrabaskaraku, pasti akulah yang memiliki Citrawati, harta dan tahta negeri Maespati. Lagi-lagi soal wanita, harta dan tahta mampu merobah budipekerti manusia.
Tantangan Sumantri diterima oleh Harjuna Sasrabahu dengan senang hati. Terjadilah peperangan yang seru dan dahsyat karena masing-masing adalah inkarnasi (belahan) Wisnu. Sumantri kemudian mengangkan dan melepaskan Cakrabaskara kearah Harjuna Sasrabahu. Cakrabaskara menyala, gemuruh suaranya membelah angkasa, mengejutkan hati Harjuna Sasrabahu. Karena murkanya, Harjuna bertiwikrama menjadi seorang raksasa yang maha besar bermuka seribu, sehingga dengan mudah senjata Cakrabaskara ditangkapnya. Sumantri diringkus dan diinjak dibawah telapak kakinya. Sambil menangis Sumantri meminta ampun atas kelancangan dan kesalahannya. Anehnya, Harjuna Sasrabahu masih memberi maaf dan mau menerima pengabdiannya, tetapi dengan syarat yang lebih berat. Sumantri diperintahkan untuk membangun taman Sriwedari dengan ancaman hukuman, apabila ternyata tak berhasilm maka ia tidak akan diterima pengabdiannya. Dalam kesedihan ini datanglah Sukrasana menyusul Sumantri. Ia bersedia menolong, asalkan ia diperbolehkan turut serta kemanapun Sumantri berada. Permufakatan tercapai. Dan Sukasrana dengan kesaktiannya berhasil memutar taman Sriwedari dipindahkan ke negeri Maespati. Atas jasanya itu Sumantri berterima kasih kepada adiknya, tetapi dengan pesan agar Sukasrana bersembunyi tidak menampakkan diri, apalagi menemuinya di muka umum.
Pada suatu hari Citrawati bersama pengiringnya dikala sedang bersukaria di taman Sriwedari, tiba-tiba lari ketakutan melihat raksasa kerdil berada di taman. Ia lari tunggang langgang mengadu kepada Harjuna Sasrabahu. Sumantri yang telah bergelar Patih Suwanda segera datang memeriksa taman.
Bukan main marahnya ketika tahu bahwa raksasa yang menakutkan permasisuri itu adalah adiknya sendiri. Dengan Cakrabaskara Sumantri mengancam agar Sukrasana pergi meninggalkan taman Sriwedari, tetapi sial, senjatanya terlepas dari tangannya dan tewaslah Sukasrana.
Dengan dalih apapun perbuatan Sumantri ini tetap dikategorikan kriminal sebagai suatu pembunuhan. ia menangis menyesali perbuatannya. Tetapi apa daya, nasi telah menjadi bubur. Walaupun demikian Sukrasana tetap mencintai kakaknya, dan arwah Sukrasana melayang, berkatalah ia : “Kakang Sumantri, kau tak tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Ketahuilah kepergianku berarti kehancuranmu. Aku akan menjemput kakang ke Nirwana, apabila kelak kakang berhadapan dengan raja yang bermuka sepuluh. Rahwana namanya. Kakang Sumantri akan mati oleh taringnya. Berhati-hatilah kakang!”
Dari apa yang
dikemukakan diatas, barangkali sudah mulai dapat dimengerti bahwa harapan
mengacu pada keinginan atau kebutuhan seseorang yang memiliki harapan itu
sendiri. Dan dari apa yang diilustrasikan diatas, tampak juga bahwa keinginan
atau kebutuhan seseorang bisa berupa sesuatu yang lahiriah, seperti kebutuhan
uang untuk kasus Sumirnah. Tentang keinginan dan kebutuhan manusia sudah banyak
ahlinya yang mengupasnya.Salah satu pendapat mengatakan bahwa keinginan itu
tidak lain merupakan bentuk lain dari kehendak manusia yang begitu kuat.
Tegasnya harapan yang sangat mendalam akan menimbulkan apa yang disebut emosi
.Itulah mengapa kadang-kadang harapan seseorang sekaligus bisa mempengaruhi
emosi yang bersangkutan.
Selain itu,
dari berbagai kemungkinan kebutuhan manusia kita bisa mengelompokkanya kedalam
tiga kebutuhan pokok yaitu : kebutuhan organik individu
C. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya
mengakui atau meyakini adanya kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Kepercayaan
dan usaha untuk meningkatkannya
-
Kepercayaan dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan
kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri
sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Percaya
pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya
mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan padanya. Contoh: Tigor
dalam drama TVRI yang berjudul “Tigor”, tidak takut kepada Jaya Kepruk, katanya
ia yakin, bahwa dia tidak merasa salah. Ia percaya pada dirinya sendiri. Ia
haya tajut pada Tuhan
2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan
kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau
terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang dipercaya karena
ucapannya”. Contoh : Dewi Drupadi mengurai rambutnya, ia tidak akan bergelung
kalau tidak keramas denga darah Dursasana (Kurawa). Janji itu akhirnya juga
terpenuhi
3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Berdasarkan
pandangan theokratis menurut buku Etika, Filsafat Tingkah Laku karya Prof.I.R.
Poedjawiyatna, Negara itu berasal dari Tuhan . Tuhan langsung memerintah dan
memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhan adalah Pemilik kedaulatan
sejati, karena semua adalah ciptaan Tuhan.
Pandangan
demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat dan milik rakyat.
Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai
arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya negara sebagai keutuhan
(totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-satunya yang
mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi
hanya kewajiban.
4. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan
kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu
bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat
penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan
Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran adanya
Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka
manusia harus percaya kepada Tuhan.
Kepercayaan
optimis bahwa kebaikan dalam tingkah laku akan membawa kebaikan pula (Pahala)
dan akan mengalahkan kejahatan. Demikian
bagi yang berbuat baik ( tindakan moral) bisa berharap /mempunyai
pengharapan mendapat kebaikan dalam kesempatan lain.
- Berbagai
usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha
itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi dan lingkungan. Usaha itu antara
lain :
1. Meningkatkan ketakwaan kita dengan jalan
meningkatkan ibadah.
2. Meningkatkan pengabdian kita kepada
masyarakat.
3. Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama
manusia dengan jalan suka menolong, dermawan dan sebagainya.
4. Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang
berlebihan.
5. Menekan perasaan negatif seperti iri,
dengki, fitnah dan sebagainya
D. Manusia dan Harapan
Kita ingat
akan ibarat demikian, “Manusia tanpa cita-cita ibarat sudah mati sebelum ajal”.
Artinya orang yang tidak suka atau tidak mempunyai cita-cita atau harapan itu
tak ubahnya dengan orang yang sudah mati. Jelasnya maka setiap orang itu pasti
mempunyai cita-cita atau harapan.
Bila kita
tinjau dari wujudnya dapat dikatakan tidak terhingga, namun bila dilihat dari
tujuannya hanya ada satu, ialah hidup bahagia. Bahagia di dunia dan akhirat.
Dalam
hubunganya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan itu sebagai
berikut :
1) Harapan seperti apa yang baik
2) Bagaimana caranya mencapai harapan itu
3) Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai
Bila kita
ingat dengan kehidupan itu tidak hanya di dunia saja, namun juag di akhirat,
bahkan kehidupan disana lebih abadi. Maka sudah selayaknya “harapan” untuk
hidup bahagia di kedua tempat itu sudah kiat niati.
Orang yang
hanya mengharapkan niatnya hidup kaya,cenderung mudah sekali terseret ke jalan
yang kurang baik. Sering orang yang seperti itu kurang memperhitungkan dari
aturan permainan dalam mendapatkan kekayaan itu. Tidak jarang mereka
“menghalalkan cara”. Pegangan seperti itu mulai dilaksanakan sejak yang
bersangkutan duduk dibangku pendidikan. Dilanjutkan pada saat mencari
perkerjaan atau jabatan.
Akhirnya
bila sudah kaya, semata-mata semuanya itu hanya untuk memuaskan kehendaknya,
memuaskan hawa nafsunya. Karena kepuasan dilandasi hawa nafsu, maka selamanya
tidak akan merasa puas. Dan akhirnya tidak akan dapat merasakan bahagia. Tidak
aneh nantinya orang itu akan melaksanakan hal-hal yang tidak terpuji, asal
kehendaknya terpenuhi.
Seandainya
harapannya belum berhasil atau tercapai ia akan tetap bersabar tanpa mengurangi
usahanya; sebab ia yakin Tuhan tidak akan pernah mengubah nasibnya, bila ia
sendiri tak mau berusaha ke arah perubahan itu. Tak ada kamus berputus asa, sebab
tahu putus asa adalah perbuatan orang-orang yang ingkar pada Tuhan. Bila
harapannya berhasil mak ia akan meningkatkan rasa syukurnya namun bila belum
berhasil maka ia akan tetap bersabar dan bertawakal.
Berharap
agar besok lebih baik daripada hari ini memang hak dan kewajiban kita. Namun
kita harus selalu sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan. Yang
penting marilah kita selalu ingat pesan Nabi Muhammad saw : “Berusahalah untuk
urusan dunimu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya; dan berusahalah untuk
urusan akhiratmu seoloh-olah kamu akna mati esok pagi”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap manusia pasti memiliki sebuah harapan dalam hidupnya, namun ada
orang yang mau mengejar untuk mendapatkannya dan ada juga yang menyerah harapan
itu karena dia merasa sudah tidak mampu mendapatkannya. Jadi, apapun harapan
itu pasti akan selalu ada jalan untuk meraihnya, hanya tergantung pada
bagaimana usaha dan doa kita untuk mendapatkannya.
Saran
Hendaknya kita selalu
berpikir positif bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya, dengan begitu
harapan akan selalu tercipta. Hendak pula kita menjadikan harapan menjadi
sesuatu yang berharga untuk menjadikan kita sebagai insan yang lebih baik lagi.
Jangan sampai harapan yang tidak tercapai yang kita alami menjadikan jiwa kita
terganggu. Walaupun terasa berat, yakinlah bahwa kita sanggup memikulnya.
DAFTAR PUSTAKA
Widagdho,dkk.1991.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar